Senin, 19 Maret 2012

Saya Ingin Hidup Saya Berguna


Suhaerudin (KPM Desa sokong dan sekertaris Forum KPM Desa Tanjung)
Hidup yang tidak direfleksikan dan tidak bermanfaat bagi orang banyak, adalah hidup yang tidak layak untuk dilanjutkan.(Anonim)
Begitulah sebuah ungkapan yang sepertinya menginspirasi lelaki muda yang satu ini. Hidup mapan dan berkecukupan di ‘negeri orang’ tidak membuatnya lantas berpuas diri. Seperti ungkapan hujan emas di negara orang, hujan batu dinegeri sendiri, ia tetap lebih memilih untuk mengabdikan diri bagi tanah kelahiran tercinta.
Hidup selama 12 tahun sebagai bagian dari keluarga besar sebuah perusahaan tambang raksasa di Papua sana, PT. Freeport, membuat hidup lelaki yang dulunya seorang jurnalist ini merasakan ada kekosongan yang begitu ‘in deep’ dalam dirinya. “meskipun hidup saya berkecukupan secara materi saat itu, tetap ada rasa yang kurang dalam diri saya. Saya percaya bahwa hidup yang berguna adalah hidup yang bermanfaat bagi orang banyak, dan bekerja didunia pertambangan membuat saya merasa tidak punya ruang untuk mengabdikan diri pada kepentingan orang banyak. Saya merasa hanya menjadi robot kapitalisme”, ungkapnya. Akhirnya, setelah 12 tahun lamanya menjalani proses pencarian jati diri, ditahun 2005 suhaerudin memutuskan untuk kembali ke Lombok Utara dengan tekad mendedikasikan hidupnya seluas-luasnya untuk kepentingan orang banyak.
Bekal yang cukup berarti pernah terpilih sebagai Kaur Kampung ( desa ) Naena Muktipura, distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua Barat, membuatnya memutuskan untuk kembali dan mengabdi didesa kelahirannya dengan caranya sendiri. Dan ketika datang kesempatan untuk mengabdi melalui jalur ‘khusus’ didesa melalui keran Kader pemberdayaan Desa, tidak dilewatkannya begitu saja.
Berkali—kali ditekankannya bahwa keputusan untuk mengabdikan diri sebagai KPM adalah murni keinginannya sendiri. “Tidak ada pihak manapun atau siapapun yang memaksa saya untuk menjadi KPM. Saya melihat ini sebagai sebuah peluang emas untuk betul-betul mengabdi. Terpilih sebagai salah satu agen perubahan didesa saya, tentu saja ini sebuah kebanggaan tersendiri dan kesempatan besar yang tak mungkin saya lepaskan” ungkapnya kepada tim media publikasi program Access Phase II KLU, di Sekertariat YLKMP, 6 Maret 2012 silam.
 “Jangan tanyakan pada bangsa apa yang bangsa ini berikan padamu, tapi tanyakan pada dirimu sendiri apa yang bisa kau sumbangkan untuk bangsa” prinsip yang diyakini oleh Suhaerudin. Dan baginya, “keswadayaan adalah harga mati!”
 Ia mengaku tidak menafikan tentang pentingnya materi bagi kehidupan manusia. “Tapi KPM kan bukan profesi. Bodoh sekali jika saya melepaskan pekerajaan di Mimika hanya untuk pulang mengejar uang ratusan ribu. Intinya bukan disitu. Ini bukan masalah uang. Saya percaya, jika mengabdi dengan tulus, rizki akan datang dengan sendirinya. Berbuat saja dulu terbaik yang kita bisa, Tuhan pasti sudah mengatur semua dengan baik. Dan rizki itu tidak hanya berbentuk uang bukan?!. Pengetahuan yang luas, jaringan informasi dan kemitraan dengan banyak pihak yang terbangun dengan baik, bukankah itu juga bentuk rizki lainnya  yang perlu disyukuri?!”.
“Ketika ada pihak luar datang menawarkan bantuan dan memberi kita wadah seluas-luasnya bagi kita untuk mengembangkan kapasitas diri,menjadikan diri kita berdaya dan memberi  kesempatan untuk bisa menjadi manusia seutuhnya yang tidak lagi menggantungkan hidup sepenuhnya pada pihak lain, apa pantas kita meminta bayaran?” tandasnya.
“Saya tidak munafik, uang itu sangat-sangat perlu. Tapi harusnya kita faham dulu, siapa yang mendapatkan manfaat disini” ungkapnya sambil tersenyum.
Di akhir pembicaraan, Suhaerudin menyatakan harapannya semoga program pemberdayaan warga, organisasi warga dan pemerintah desa yang diusung oleh program ini betul-betul terealisasi untuk mendorong kemandirian didesa. “Saya ingin hidup saya berguna. Dan saya yakin tergabung sebagai KPM didesa saya adalah salah satu jalan untuk mencapai tujuan hidup saya” tandasnya. ( Dha- Staff Media Publikasi Access Phase II KLU )

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More